Kamis, 25 Oktober 2012

kenapa manusia perlu belajar ? (dalam pertanyaan)



1.      Sebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum perubahan perilaku dapat dihubungkan dengan proses belajar?
Jawaban :
Pertama, belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku; dengan kata lain, hasil dari belajar harus selalu diterjemahakan ke dalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati. Setelah menjalani proses belajar, pembelajar (learner) akan mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan sebelum mereka belajar. Kebanyakan teoritisi belajar memandang belajar sebagai sebuah proses yang memperantarai perilaku. Menurut mereka, belajar adalah sesuatu yang terjadi sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan mendahului perubahan perilaku. Dalam kerangka definisi ini, belajar ditempatkan sebagai variabel pengintervensi (intervening) atau variable perantara. Variabel perantara ini adalah proses teoritis yang diasumsikan terjadi di antara stimuli dan respon yang diamati. Variabel independen (variabel bebas) (pengalaman) menyebabkan perubahan dalam variabel perantara (proses belajar), yang pada gilirannya akan menimbulkan perubahan dalam variabel dependen (variabel terikat) (perilaku).
Kedua, perubahan behavioral ini relative permanent; artinya, hanya sementara dan tidak menetap. Di sini setidaknya terdapat dua macam problem. Pertama, Seberapa lamakah perubahan perilaku harus bertahan sebelum dikatakan bahwa proses belajar telah kelihatan hasilnya? Aspek ini pada awalnya dimasukkan dalam definisi di atas untuk membedakan antara belajar dengan kejadian lain yang mungkin mengubah perilaku, seperti keletihan, sakit, pendewasaan, dan narkoba. Jelas, kejadian ini dan efeknya mungkin akan datang dan pergi dengan cepat, tetapi hasil dari belajar akan terus menetap sampai ia dilupakan atau muncul hasil belajar baru yang menggantikan hasil belajar yang lama. Jadi, keadaan temporer dan proses belajar akan memodifikasi perilaku, tetapi lewat belajar itulah modifikasi tersebut akan lebih relatif permanen. Namun, durasi modifikasi yang muncul dari belajar atau keadaan tubuh yang temporer itu tidak bisa ditentukan secara pasti. Problem lainnya terkait dengan fenomena yang menjadi perhatian sejumlah psikolog, yang disebut short-term memory (memori jangka pendek). Mereka menemukan bahwa jika informasi yang asing, seperti kata-kata yang tak bisa dipahami, diberikan kepada seseorang dalam suatu percobaan di mana informasi itu tidak diulang-ulang, orang itu akan mengingat kata-kata itu secara hampir sempurna selama sekitar tiga detik saja. Tetapi dalam waktu 15 detik selanjutnya, ingatan mereka turun hingga hampir ke titik nol atau lupa sama sekali.
Ketiga, perubahan perilaku itu tidak selalu terjadi secara langsung setelah proses belajar selesai. Artinya, hal-hal yang dipelajari mungkin tidak akan langsung dimanfaatkan. Atlet, misalnya, mungkin belajar posisi tertentu dengan melihat film dan mendengarkan penjelasan pelatih selama seminggu, namun mereka mungkin tidak menerjemahkan proses belajar itu ke dalam perilaku sampai tiba waktu pertandingan. Beberapa pemain bahkan tidak melakukan apa-apa selama waktu yang agak panjang karena sakit atau cidera.
Keempat, perubahan perilaku itu berasal dari pengalaman atau praktik (latihan). Jelas bahwa tak semua perilaku dipelajari. Perilaku yang lebih sederhana adalah hasil dari refleks. Sebuah reflex (refleks) dapat didefinisikan sebagai respon yang tak dipelajari lebih dahulu atau respon pembawaan internal dalam rangka bereaksi terhadap sekelompok stimuli tertentu. Perilaku refleks tidak perlu dipelajari terlebih dahulu; ia adalah karakteristik bawaan genetic dari organisme, bukan hasil dari pengalaman.Agar perubahan perilaku bisa dikatakan berkaitan dengan proses belajar, perubahan itu harus relative permanent dan harus berasal dari pengalaman. Jika suatu organisme melakukan suatu pola tindakan yang kompleks, namun bukan berasal dari pengalaman, maka tindakan itu tidak bisa dikatakan sebagai perilaku yang dipelajari.
Kelima, pengalaman, atau praktik, harus diperkuat; artinya, hanya respons-respons yang menyebabkan penguatanlah yang akan dipelajari. Namun harus dibedakan antara penguatan (reinforcement) dan imbalan (reward). Meskipun kedua istilah itu kerap dianggap sama, namun setidaknya ada dua alasan mengapa anggapan itu kurang tepat. Pavlov, misalnya, mendefinisikan suatu penguat (reinforcer) sebagai unconditioned stimulus, yakni setiap stimulus yang menimbulkan reaksi alamiah dan otomatis dari suatu organisme, sedangkan imbalan dianggap sebagai sesuatu yang diinginkan. Penganut Skinnerian juga tidak mau menyamakan penguat dengan imbalan. Menurut mereka, pengnuat akan memperkuat setiap perilaku yang secara langsung mendahului kejadian penguat. Sebaliknya, imabalan biasanya dianggap sebagai suatu yang diberikan atau diterima hanya untuk prestasi yang layak pencapaiannya membutuhkan waktu dan energi, atau diberikan untuk tindakan yang dianggap diinginkan oleh masyarakat. Lebih jauh, karena perilaku yang diinginkan itu biasanya sudah lama ada sebelum perilaku tersebut diakui lewat pemberian imbalan, maka imbalan itu tidak bisa dikatakan memperkuat perilaku itu. Jadi menurut penganut Skinnerian, penguat akan memperkuat perilaku, namun imabalan tidak.
(sumber : http://fajristainjusi.blogspot.com/2010/10/apa-itu-belajar.html, diunduh tanggal 5 Februari 2012,22:21:00 dan B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning.)

2.      Jelaskan proses sensitisasi dan habituasi yang terjadi dalam kehidupan anda?
-          Proses sensitisasi adalah proses suatu organisme lebih responsife terhadap aspek tertentu dari lingkungannya.      Contoh dalam kehidupan : Sebelim kejadian tsunami di Aceh tahun 2004, saya dan keluarga hanya keluar dari bangunan ketika terjadi gempa dan kemudian masuk kembali setelah gempa selesai. Tetapi setelah kejadian tsunami di Aceh, maka saya dan keluarga langsung mencari informasi apakah setalah gempa ada bahaya datangnya  tsunami atau tidak setelah gempa terjadi.
-          Proses habituasi adalah proses dimana suatu organisme menjadi kurang responsife pada lingkungannya. Contoh : Ketika alam suatu ruangan tercium bau tetapi saya tidak dapat keluar atau menghindar dari ruangantersebut, maka lama kelamaan saya jadi terbiasa dengan bau dalam ruangan.
(Sumber : B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning)

3.      Bedakan antara belajar dan performa /tindakan
Perbadeaann antara belajar dan performa/tindakan terletak pada tipe observasi. Belajar merujuk pada kemungkinan (potensi) perubahan perilaku, dan tindakan merujuk pada penerjemahan potensi ke dalam perilaku.
Bandura mendesain fase untuk menjelaskan perbedaan belajar-performa. Dalam fase ini, semua anak diberi insentif yang menarik agar mereproduksi (meniru) perilaku dari si model yang dilihatnya dalam televise sedang melakukan tindakan agressif, dan mereka semua melakukannya. Dengan kata lain, semua anak telah belajar, respon agressif model, tetapi mereka melakukannya dengan cara berbeda-beda, tergantung pada kekuatan mereka sebelumnya telah melihat model itu diperkuat, dihukum, atau mendapat konsekuensi netral. Kesimpulan tentang perbedaan belajar dan performa adalah sama. Temua utama dari kedua eksperimen itu bahwa penguatan adalah variable performa, bukan variable belajar. Menurut Bandura, belajar observasional terjadi sepanjag waktu serta tidak membutuhkan respon nyata atau penguatan. Bandura percaya bahwa pengamat harus menyadari kotigensi penguatan itu memberikan efeknya :”karena belajar melalui konsekuensi respon sebagian besar adalah proses kognitif, konsekuensi pada umumnya tidak banyak menghasilkan perubahan dalam perilaku yang kompleks jika tidak ada kesadaran akan apa-apa yang diperkuat itu.”
(Sumber : http://kedaibunga.wordpress.com oleh bunga, diunduh tanggal 5 Februari 2012, 2012,22:35:00 dan B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning.)

4.      Sebutkan beberapa contoh perilaku kompleks yang tak dipelajari lebih dahulu. Apakah perilaku itu juga ada di kalangan manusia? Jelaskan.
5.      Mengapa istilah insting diganti dengan istilah perilaku spesies spesifik ?
Istilah insting diganti dengan istilah perilaku spesies spesifik karena insting hanya diartikan sebagai pola perilaku kompleks yang merupakan warisan genetis, sedangkan perilaku spesies spesifik adalah pola perilaku kompleks yang tidak tak dipelajari lebih dahulu dan relatif tidak bisa dimodifikasi yang dilakukan oleh binatang spesies tertentu dalam situasi tertentu.
(Sumber : B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning)

6.      Sebutkan perbedaan antara istilah belajar dan pengkondisian !
Belajar adalah istilah umum yang digunkan untk mendeskripsikan perubahan potensi perilaku yang berasal dari pengalaman, sedangkan pengkondisian adalah istilah spesifik yang dipakai untuk mendeskripsikan prosedur aktual yang dapat memodifikasi perilaku.
(Sumber: B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning)

7.      Berapa banyak jenis proses belajar? jelaskan.
Banyak para ahli yang menyimpulkan bahwa setidaknya ada dua jenis belajar atau pada dasarnya belajar dapat dipahami dalam term pengkondisian klasik dan instrumental.
1) Pengkondisian Klasik. Dilakukan oleh Ivan Pavlov pada percobaaannya dengan saliva anjing. Percobaan tersebut dilakukan pada seekor anjing, kegiatannya adalah memberi makan anjing eksperimen dan mengukur volume air liur anjing tersebut di waktu makan. Setelah prosedur yang sama dilakukan beberapa kali, ternyata anjing tersebut mengeluarkan air liur sebelum menerima makanan. Pavlov menyimpulkan bahwa beberapa stimulus baru seperti pakaian peneliti yang serba putih, telah diasosiasikan oleh anjing tersebut dengan makanan sehingga menimbulkan respons keluarnya air liur.
Proses conditioning biasanya mengikuti prosedur umum yang sama. Misalkan seorang pakar psikologi ingin mengkondisikan seekor anjing untuk mengeluarkan air liur ketika mendengar bunyi lonceng. Sebelum conditioning, stimulus tanpa pengkondisian (makanan dalam mulut) secara otomatis menghasilkan respons tanpa pengkondisian (mengeluarkan air liur) dari anjing tersebut. Selama pengkondisian, peneliti membunyikan lonceng dan kemudian memberikan makanan pada anjing tersebut.Bunyi lonceng tersebut disebut stimulus netral karena pada awalnya tidak menyebabkan anjing tersebut mengeluarkan air liur. Namun, setelah peneliti mengulang-ulang asosiasi bunyi lonceng-makanan, bunyi lonceng tanpa disertai makanan akhirnya menyebabkan anjing tersebut mengeluarkan air liur. Anjing tersebut telah belajar mengasosiasikan bunyi lonceng dengan makanan. Bunyi lonceng menjadi stimulus dengan pengkondisian (conditioning Stimulus/CS), dan keluarnya air liur anjing disebut respons dengan pengkondisian (Unconditioning Stimulus/UCS)
2) Pengkondisian Instrumental
Skinner membedakan dua jenis perilaku yaitu :
a. Responden Behavior ( perilaku responden ), yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali.
b. Operant Behavior ( perilaku operan ), yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organisme.
Skinner tidak mengatakan bahwa perilaku operan terjadi secara independent stimulasi ; dia mengatakan bahwa stimulus yang menyebabkan perilaku tersebut tidak diketahui dan bahwa kita tidak perlu mengenali penyebabnya karena hal itu tidak penting. Berbeda dengan perilaku responden, yang bergantung pada stimulus yang mendahuluinya, perilaku operan dikontrol oleh konsekuensinya.
-          Pengkondisian Tipe S Dan Tipe R.
Dengan adanya dua macam perilaku tersebut, ada dua macam pengkondisian yaitu :
a. Respondent Conditioning ( pengkondisian responden ) atau pengkondisian tipe S
Indentik dengan pengkondisian klasik, karena menekan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons yang diinginkan. ( berdasarkan besaran / magnitude dan respons yang terkondisikan).
b. Operant Conditioning ( pengkondisian operan ), pengkondisian tipe R. Tipe kondisi yang menyangkut perilaku operan dinamakan tipe R karena penekanannya pada respons.
-  Prinsip Pengkondisian Operan :
a. Setiap respons yang diikuti stimulus dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang.
b. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata – rata terjadinya respons operan.
- Kotak Skiner ( skiner box )
Kotak skiner merupakan perkembangan dari puzzle box Thorndike. Skiner menggunakan binatang ( tikus dan merpati ) untuk percobaannya. Kotak Skiner biasanya menggunakan lantai berkisi – kisi, cahaya, tuas, atau pengukit dan cangkir makanan. Ketika hewan tersebut menekan tuas, maka secara otomatis, secuil makanan akan jatuh ke cangkir makanan.
Sumber (B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning, http://petiusang.wordpress.com, diunduh pada 5 Februari 2012,23:00:00 dan http://elearning.unesa.ac.id,  diunduh pada 5 Februari 2012,23:05:00)