1. Sebutkan
syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum perubahan perilaku dapat dihubungkan
dengan proses belajar?
Jawaban
:
Pertama,
belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku; dengan kata lain, hasil
dari belajar harus selalu diterjemahakan ke dalam perilaku atau tindakan yang
dapat diamati. Setelah menjalani proses belajar, pembelajar (learner)
akan mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan sebelum mereka
belajar. Kebanyakan teoritisi belajar memandang belajar
sebagai sebuah proses yang memperantarai perilaku. Menurut mereka, belajar
adalah sesuatu yang terjadi sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan
mendahului perubahan perilaku. Dalam kerangka definisi ini, belajar ditempatkan
sebagai variabel pengintervensi (intervening) atau variable perantara.
Variabel perantara ini adalah proses teoritis yang diasumsikan terjadi di
antara stimuli dan respon yang diamati. Variabel independen (variabel bebas)
(pengalaman) menyebabkan perubahan dalam variabel perantara (proses belajar),
yang pada gilirannya akan menimbulkan perubahan dalam variabel dependen
(variabel terikat) (perilaku).
Kedua, perubahan behavioral ini relative
permanent; artinya, hanya sementara dan tidak menetap. Di sini
setidaknya terdapat dua macam problem. Pertama, Seberapa lamakah
perubahan perilaku harus bertahan sebelum dikatakan bahwa proses belajar telah
kelihatan hasilnya? Aspek ini pada awalnya dimasukkan dalam definisi di atas
untuk membedakan antara belajar dengan kejadian lain yang mungkin mengubah
perilaku, seperti keletihan, sakit, pendewasaan, dan narkoba. Jelas, kejadian
ini dan efeknya mungkin akan datang dan pergi dengan cepat, tetapi hasil dari
belajar akan terus menetap sampai ia dilupakan atau muncul hasil belajar baru
yang menggantikan hasil belajar yang lama. Jadi, keadaan temporer dan proses
belajar akan memodifikasi perilaku, tetapi lewat belajar itulah modifikasi
tersebut akan lebih relatif permanen. Namun, durasi modifikasi yang muncul dari
belajar atau keadaan tubuh yang temporer itu tidak bisa ditentukan secara
pasti. Problem lainnya terkait dengan fenomena yang menjadi perhatian sejumlah
psikolog, yang disebut short-term memory (memori jangka pendek). Mereka
menemukan bahwa jika informasi yang asing, seperti kata-kata yang tak bisa
dipahami, diberikan kepada seseorang dalam suatu percobaan di mana informasi
itu tidak diulang-ulang, orang itu akan mengingat kata-kata itu secara hampir
sempurna selama sekitar tiga detik saja. Tetapi dalam waktu 15 detik
selanjutnya, ingatan mereka turun hingga hampir ke titik nol atau lupa sama
sekali.
Ketiga, perubahan perilaku itu tidak selalu
terjadi secara langsung setelah proses belajar selesai. Artinya, hal-hal yang
dipelajari mungkin tidak akan langsung dimanfaatkan. Atlet, misalnya, mungkin
belajar posisi tertentu dengan melihat film dan mendengarkan penjelasan pelatih
selama seminggu, namun mereka mungkin tidak menerjemahkan proses belajar itu ke
dalam perilaku sampai tiba waktu pertandingan. Beberapa pemain bahkan tidak
melakukan apa-apa selama waktu yang agak panjang karena sakit atau cidera.
Keempat, perubahan perilaku itu berasal dari pengalaman atau praktik (latihan). Jelas bahwa tak semua perilaku dipelajari. Perilaku yang lebih sederhana adalah hasil dari refleks. Sebuah reflex (refleks) dapat didefinisikan sebagai respon yang tak dipelajari lebih dahulu atau respon pembawaan internal dalam rangka bereaksi terhadap sekelompok stimuli tertentu. Perilaku refleks tidak perlu dipelajari terlebih dahulu; ia adalah karakteristik bawaan genetic dari organisme, bukan hasil dari pengalaman.Agar perubahan perilaku bisa dikatakan berkaitan dengan proses belajar, perubahan itu harus relative permanent dan harus berasal dari pengalaman. Jika suatu organisme melakukan suatu pola tindakan yang kompleks, namun bukan berasal dari pengalaman, maka tindakan itu tidak bisa dikatakan sebagai perilaku yang dipelajari.
Kelima, pengalaman, atau praktik, harus diperkuat; artinya, hanya respons-respons yang menyebabkan penguatanlah yang akan dipelajari. Namun harus dibedakan antara penguatan (reinforcement) dan imbalan (reward). Meskipun kedua istilah itu kerap dianggap sama, namun setidaknya ada dua alasan mengapa anggapan itu kurang tepat. Pavlov, misalnya, mendefinisikan suatu penguat (reinforcer) sebagai unconditioned stimulus, yakni setiap stimulus yang menimbulkan reaksi alamiah dan otomatis dari suatu organisme, sedangkan imbalan dianggap sebagai sesuatu yang diinginkan. Penganut Skinnerian juga tidak mau menyamakan penguat dengan imbalan. Menurut mereka, pengnuat akan memperkuat setiap perilaku yang secara langsung mendahului kejadian penguat. Sebaliknya, imabalan biasanya dianggap sebagai suatu yang diberikan atau diterima hanya untuk prestasi yang layak pencapaiannya membutuhkan waktu dan energi, atau diberikan untuk tindakan yang dianggap diinginkan oleh masyarakat. Lebih jauh, karena perilaku yang diinginkan itu biasanya sudah lama ada sebelum perilaku tersebut diakui lewat pemberian imbalan, maka imbalan itu tidak bisa dikatakan memperkuat perilaku itu. Jadi menurut penganut Skinnerian, penguat akan memperkuat perilaku, namun imabalan tidak.
Keempat, perubahan perilaku itu berasal dari pengalaman atau praktik (latihan). Jelas bahwa tak semua perilaku dipelajari. Perilaku yang lebih sederhana adalah hasil dari refleks. Sebuah reflex (refleks) dapat didefinisikan sebagai respon yang tak dipelajari lebih dahulu atau respon pembawaan internal dalam rangka bereaksi terhadap sekelompok stimuli tertentu. Perilaku refleks tidak perlu dipelajari terlebih dahulu; ia adalah karakteristik bawaan genetic dari organisme, bukan hasil dari pengalaman.Agar perubahan perilaku bisa dikatakan berkaitan dengan proses belajar, perubahan itu harus relative permanent dan harus berasal dari pengalaman. Jika suatu organisme melakukan suatu pola tindakan yang kompleks, namun bukan berasal dari pengalaman, maka tindakan itu tidak bisa dikatakan sebagai perilaku yang dipelajari.
Kelima, pengalaman, atau praktik, harus diperkuat; artinya, hanya respons-respons yang menyebabkan penguatanlah yang akan dipelajari. Namun harus dibedakan antara penguatan (reinforcement) dan imbalan (reward). Meskipun kedua istilah itu kerap dianggap sama, namun setidaknya ada dua alasan mengapa anggapan itu kurang tepat. Pavlov, misalnya, mendefinisikan suatu penguat (reinforcer) sebagai unconditioned stimulus, yakni setiap stimulus yang menimbulkan reaksi alamiah dan otomatis dari suatu organisme, sedangkan imbalan dianggap sebagai sesuatu yang diinginkan. Penganut Skinnerian juga tidak mau menyamakan penguat dengan imbalan. Menurut mereka, pengnuat akan memperkuat setiap perilaku yang secara langsung mendahului kejadian penguat. Sebaliknya, imabalan biasanya dianggap sebagai suatu yang diberikan atau diterima hanya untuk prestasi yang layak pencapaiannya membutuhkan waktu dan energi, atau diberikan untuk tindakan yang dianggap diinginkan oleh masyarakat. Lebih jauh, karena perilaku yang diinginkan itu biasanya sudah lama ada sebelum perilaku tersebut diakui lewat pemberian imbalan, maka imbalan itu tidak bisa dikatakan memperkuat perilaku itu. Jadi menurut penganut Skinnerian, penguat akan memperkuat perilaku, namun imabalan tidak.
(sumber : http://fajristainjusi.blogspot.com/2010/10/apa-itu-belajar.html, diunduh
tanggal 5 Februari 2012,22:21:00 dan B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories
of Learning.)
2. Jelaskan
proses sensitisasi dan habituasi yang terjadi dalam kehidupan anda?
-
Proses sensitisasi
adalah proses suatu organisme lebih responsife terhadap aspek tertentu dari
lingkungannya. Contoh dalam kehidupan
: Sebelim kejadian tsunami di Aceh tahun 2004, saya dan keluarga hanya keluar
dari bangunan ketika terjadi gempa dan kemudian masuk kembali setelah gempa
selesai. Tetapi setelah kejadian tsunami di Aceh, maka saya dan keluarga
langsung mencari informasi apakah setalah gempa ada bahaya datangnya tsunami atau tidak setelah gempa terjadi.
-
Proses habituasi adalah
proses dimana suatu organisme menjadi kurang responsife pada lingkungannya.
Contoh : Ketika alam suatu ruangan tercium bau tetapi saya tidak dapat keluar
atau menghindar dari ruangantersebut, maka lama kelamaan saya jadi terbiasa
dengan bau dalam ruangan.
(Sumber : B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning)
3. Bedakan
antara belajar dan performa /tindakan
Perbadeaann
antara belajar dan performa/tindakan terletak pada tipe observasi. Belajar
merujuk pada kemungkinan (potensi) perubahan perilaku, dan tindakan merujuk
pada penerjemahan potensi ke dalam perilaku.
Bandura
mendesain fase untuk menjelaskan perbedaan belajar-performa. Dalam fase ini,
semua anak diberi insentif yang menarik agar mereproduksi (meniru) perilaku
dari si model yang dilihatnya dalam televise sedang melakukan tindakan agressif,
dan mereka semua melakukannya. Dengan kata lain, semua anak telah belajar,
respon agressif model, tetapi mereka melakukannya dengan cara berbeda-beda,
tergantung pada kekuatan mereka sebelumnya telah melihat model itu diperkuat,
dihukum, atau mendapat konsekuensi netral. Kesimpulan tentang perbedaan belajar
dan performa adalah sama. Temua utama dari kedua eksperimen itu bahwa penguatan
adalah variable performa, bukan variable belajar. Menurut Bandura, belajar
observasional terjadi sepanjag waktu serta tidak membutuhkan respon nyata atau
penguatan. Bandura percaya bahwa pengamat harus menyadari kotigensi penguatan
itu memberikan efeknya :”karena belajar melalui konsekuensi respon sebagian
besar adalah proses kognitif, konsekuensi pada umumnya tidak banyak
menghasilkan perubahan dalam perilaku yang kompleks jika tidak ada kesadaran
akan apa-apa yang diperkuat itu.”
(Sumber
: http://kedaibunga.wordpress.com
oleh bunga, diunduh tanggal 5 Februari 2012, 2012,22:35:00
dan B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning.)
4. Sebutkan
beberapa contoh perilaku kompleks yang tak dipelajari lebih dahulu. Apakah
perilaku itu juga ada di kalangan manusia? Jelaskan.
5. Mengapa
istilah insting diganti dengan istilah perilaku spesies spesifik ?
Istilah
insting diganti dengan istilah perilaku spesies spesifik karena insting hanya
diartikan sebagai pola perilaku kompleks yang merupakan warisan genetis,
sedangkan perilaku spesies spesifik adalah pola perilaku kompleks yang tidak
tak dipelajari lebih dahulu dan relatif tidak bisa dimodifikasi yang dilakukan
oleh binatang spesies tertentu dalam situasi tertentu.
(Sumber : B.R.
Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning)
6. Sebutkan
perbedaan antara istilah belajar dan pengkondisian !
Belajar
adalah istilah umum yang digunkan untk mendeskripsikan perubahan potensi
perilaku yang berasal dari pengalaman, sedangkan pengkondisian adalah istilah
spesifik yang dipakai untuk mendeskripsikan prosedur aktual yang dapat
memodifikasi perilaku.
(Sumber: B.R.
Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning)
7. Berapa
banyak jenis proses belajar? jelaskan.
Banyak
para ahli yang menyimpulkan bahwa setidaknya ada dua jenis belajar atau pada
dasarnya belajar dapat dipahami dalam term pengkondisian klasik dan
instrumental.
1) Pengkondisian Klasik. Dilakukan oleh Ivan Pavlov pada percobaaannya dengan saliva anjing. Percobaan tersebut dilakukan pada seekor anjing, kegiatannya adalah memberi makan anjing eksperimen dan mengukur volume air liur anjing tersebut di waktu makan. Setelah prosedur yang sama dilakukan beberapa kali, ternyata anjing tersebut mengeluarkan air liur sebelum menerima makanan. Pavlov menyimpulkan bahwa beberapa stimulus baru seperti pakaian peneliti yang serba putih, telah diasosiasikan oleh anjing tersebut dengan makanan sehingga menimbulkan respons keluarnya air liur.
1) Pengkondisian Klasik. Dilakukan oleh Ivan Pavlov pada percobaaannya dengan saliva anjing. Percobaan tersebut dilakukan pada seekor anjing, kegiatannya adalah memberi makan anjing eksperimen dan mengukur volume air liur anjing tersebut di waktu makan. Setelah prosedur yang sama dilakukan beberapa kali, ternyata anjing tersebut mengeluarkan air liur sebelum menerima makanan. Pavlov menyimpulkan bahwa beberapa stimulus baru seperti pakaian peneliti yang serba putih, telah diasosiasikan oleh anjing tersebut dengan makanan sehingga menimbulkan respons keluarnya air liur.
Proses conditioning biasanya mengikuti prosedur umum yang
sama. Misalkan seorang pakar psikologi ingin mengkondisikan seekor anjing untuk
mengeluarkan air liur ketika mendengar bunyi lonceng. Sebelum conditioning,
stimulus tanpa pengkondisian (makanan dalam mulut) secara otomatis menghasilkan
respons tanpa pengkondisian (mengeluarkan air liur) dari anjing tersebut.
Selama pengkondisian, peneliti membunyikan lonceng dan kemudian memberikan
makanan pada anjing tersebut.Bunyi lonceng tersebut disebut stimulus netral
karena pada awalnya tidak menyebabkan anjing tersebut mengeluarkan air liur.
Namun, setelah peneliti mengulang-ulang asosiasi bunyi lonceng-makanan, bunyi
lonceng tanpa disertai makanan akhirnya menyebabkan anjing tersebut
mengeluarkan air liur. Anjing tersebut telah belajar mengasosiasikan bunyi
lonceng dengan makanan. Bunyi lonceng menjadi stimulus dengan pengkondisian
(conditioning Stimulus/CS), dan keluarnya air liur anjing disebut respons
dengan pengkondisian (Unconditioning Stimulus/UCS)
2) Pengkondisian
Instrumental
Skinner membedakan dua jenis perilaku yaitu :
a. Responden Behavior ( perilaku
responden ), yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali.
b. Operant Behavior ( perilaku
operan ), yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan
sendiri oleh organisme.
Skinner
tidak mengatakan bahwa perilaku operan terjadi secara independent stimulasi ;
dia mengatakan bahwa stimulus yang menyebabkan perilaku tersebut tidak
diketahui dan bahwa kita tidak perlu mengenali penyebabnya karena hal itu tidak
penting. Berbeda dengan perilaku responden, yang bergantung pada stimulus yang
mendahuluinya, perilaku operan dikontrol oleh konsekuensinya.
-
Pengkondisian Tipe S Dan Tipe R.
Dengan
adanya dua macam perilaku tersebut, ada dua macam pengkondisian yaitu :
a. Respondent Conditioning (
pengkondisian responden ) atau pengkondisian tipe S
Indentik
dengan pengkondisian klasik, karena menekan arti penting stimulus dalam
menimbulkan respons yang diinginkan. ( berdasarkan besaran / magnitude dan
respons yang terkondisikan).
b. Operant Conditioning (
pengkondisian operan ), pengkondisian tipe R. Tipe kondisi yang menyangkut
perilaku operan dinamakan tipe R karena penekanannya pada respons.
-
Prinsip Pengkondisian Operan :
a. Setiap respons yang diikuti
stimulus dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang.
b. Stimulus yang menguatkan adalah
segala sesuatu yang memperbesar rata – rata terjadinya respons operan.
- Kotak Skiner ( skiner box )
Kotak skiner merupakan perkembangan dari puzzle box
Thorndike. Skiner menggunakan binatang ( tikus dan merpati ) untuk
percobaannya. Kotak Skiner biasanya menggunakan lantai berkisi – kisi, cahaya,
tuas, atau pengukit dan cangkir makanan. Ketika hewan tersebut menekan tuas,
maka secara otomatis, secuil makanan akan jatuh ke cangkir makanan.
Sumber (B.R. Hergenhahn & Matthew H.
Olson, Theories of Learning, http://petiusang.wordpress.com,
diunduh pada 5 Februari 2012,23:00:00 dan http://elearning.unesa.ac.id, diunduh pada 5 Februari 2012,23:05:00)