ADIKSI
SEBAGAI SUATU PENYAKIT KEJIWAAN
Primack & Abrams secara
meyakinkan berpendapat bahwa budaya ini “mungkin merupakan budaya pokok pertama
dalam sejarah pokok manusia dengan tanpa penunjukan gambaran kenyataan pada
orang lain”(p.4). Padahal melalui pembagian pandangan dari kenyataan tersebut,
individu anggota suatu komunitas memperoleh arti tentang perspektif mengenai
keberadaannya di alam semesta. Perspektif ini, pada gilirannya, melengkapi
individu tersebut dengan suatu perasaan ”membumi” pada realitas dimana mereka
berada. Dan ketiadaan rasa membumi dapat membuat seseorang beresiko untuk
mengalami sindrom diskoneksi, yaitu suatu keadaan ketika dia merasa buta akan
keberadaannya di dunia nyata.
Rasa membumi itu membuat individu
menempatkan “self” pada hubungan langsung dengan sesuatu yang lebih besar,
menjadikan rasa “membumi” tersebut sebagai keseluruhan kreasi atau “kekuatan
besar” yang melebihi dirinya. Kebalikan dari hal ini, kurangnya hubungan
langsung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri seseorang dapat dikatakan
merefleksikan suatu penyakit jiwa atau self. Dalam konteks ini, adiksi dapat
dilihat sebagai gangguan spiritual, daripada membangun suatu hubungan dengan
sesuatu yang lebih besar dari dirinya, individu yang mengalami adiksi lebih
memilih bersedia menerima khayalan semu yang ditawarkan oleh bahan-bahan kimia
“pemberi hiburan” (Alter 2001). Dengan demikian, hal ini sesuai dengan konsep
alkoholisme sebagai suatu gangguan spiritual yang menjadi dasar dari program
“Alcoholics Anonymous (AA)-12- step program yang diadakan oleh organisasi
Alkoholic Anonymous. Memahami realita adiksi pada akhirnya adalah memahami
sifat dasar manusia itu sendiri. Pada bab ini, pondasi spiritual dari adiksi
akan lebih didalami.
¦ Kebangkitan Peradaban Barat, atau
Bagaimana Hilangnya Spiritualitas
Seseorang
dapat dengan sangat yakin berpendapat bahwa akar dari perpecahan antara sains
& spiritualitas di dunia barat dapat ditelusuri kembali pada abad
pertengahan, ketika filsuf-filsuf seperti Roger Bacon berpendapat bahwa hanya
fakta-fakta yang dapat diobservasi, diukur, atau direplikasi di bawah kondisi
terkontrol atau pembuktian eksperimental-lah yang layak diyakini (Cahill,2006).
Perhatian pada sesuatu yang disebut metode saintifik ini memicu berkembangnya
perpecahan antara mereka yang mendukung pendapat tersebut dengan mereka yang
tetap berpegang pada kepercayaan agama, karena menurut mereka defenisi Tuhan
yang berdiri diatas dan diluar ciptaan-Nya, tidak dapt tunduk kepada pembuktian
eksperimental (Cahill,2006). Pada permulaan abad ke-21, sains dan spiritualitas
telah berpisah semakin jauh dimana banyak muncul keraguan bahwa kedua hal ini
tidak akan pernah bertemu.
Spiritualitas
dapat dilihat sebagai salah satu faktor yang dapat membantu mendefinisikan, memberikan
struktur dan menyediakan suatu kerangka penafsiran tentang eksistensi manusia
(Mueler, Plevak & Rummans, 2001, Primack & Abrams, 2006). Spiritualitas
memberikan apa yang disebut Primack & Abrams sebagai “big picture”, atau
pandangan hidup, dimana dengannya seseorang menafsirkan arti keberadaan
(eksistensi)nya. Gambaran realitas (pandangan hidup) ini dibangun melalui
berbagai cerita yang didengar & kesaksian atau penyelenggaraan ritual-ritual
seumur hidup yang membuat dunia berarti (Primack & Abrams).
Ritual-ritual demikian termasuk
sistem keagamaan yang dianut seseorang. Tetapi di dunia barat, jurang pemisah
yang begitu antara sains & spiritualitas kemudian berkembang menjadi
semakin besar. “Para dokter mempertanyakan kelayakan penempatan isu-isu
keagamaan atau spiritual dalam medis” (Koenig, 2011). Hal ini merupakan
perpanjangan dari “persetujuan cartesian” (Primack & Abrams) dimana gereja
dan ilmu-ilmu yang muncul membentuk “lempengan” masing-masing. Jika sesuatu hal
berhubungan dengan persoalan fisik, maka hal itu berada dalam bidang sains dan
persoalan spiritual menjadi urusan gereja (Primack & Abrams). Para dokter
zaman sekarang menjauh dari kebutuhan utnuk mendiskusikan persoalan
“spiritua;”/. “Roh(jiwa)” dilihat sebagai sisa dari masa lalu primitif manusia,
sama seperti tambak atau pakain yang terbuat dari kulit binatang. Akan tetapi,
walaupun telah dengan sangat efektif mengeleminasi pandangan hidup abad
pertengahan, sains belum dapat menggantikan nilai-nilai yang tersimpan dari
banyak hal.
¦ “Hantu
dalam Mesin”
Kata
“spirit” (jiwa) diturunkan dari bahasa latin “spiritus”. Pada suatu tingkatan,
kata ini dapat diartikan secara sederhana sebagai “nafas”. Akan tetapi, dalam
makna yang lebih dalam, spiritus berarti sesuatu yang bersifat ketuhanan,
menghidupkan sisi kemanusiaan dalam masing-masing diri kita. Manusia membangun
suatu posisi yang unik dalam siklus kehidupan, karena pada manusia, hidup,
spiritus, yang telah menjadi kesadaran akan kehidupan itu sendiri. Selanjutnya
sebagai tambahan bagi kesadaran bahwa kita tidak lagi bagian dari alam. Setiap
orang sadar akan isolasi (pemisahan / keterasingan)nya dari orang lain (fromm),
tetapi kesadaran akan “self” membawa suatu makna yaitu pemahaman yang
menyakitkan bahwa setiap dari kita terisolasi selamanya dari
rekan-rekan/kerabatnya.Fromm mengistilahkan kesadaran akan isolasi dasar
seseorang tersebut sebagai suatu “penjara yang menyakitkan”, dimana disana
ditemukan akar dari kecemasan dan rasa malu. Kesadaran akan separasi
(pemisahan) manusia, tulis Fromm, “tanpa reuni dengan kasih sayang-adalah
sumber dari rasa malu. Pada saat yang bersamaan, kesadaran ini juga merupakan
sumber dari rasa bersalah & kecemasan.
Selain
memandu seseorang untuk menentukan apakah mereka akan menjadi seseorang dengan
derajat yang lebih rendah atau lebih tinggi, kesadaran individu akan “self
hood” juga menempatkan rasa tanggung jawab seseorang terhadap pilihan-pilihan
yang mereka buat. Sebuah bunga, burung atau pohon tidak dapat menentukan
nasibnya sendiri melainkan hanya dapat menjadi apa yang ditakdirkan kepadanya.
Seekor burung tidak berfikir tentang menjadi “seekor” burung atau berfikir
tentang menjadi burng jenis apa. Pohon tidak berfikir tentang “menjadi” sebuah
pohon. Masing-masing bertindak sesuai dengan karunia yang telah diberikan
kepadanya untuk menjadi jenis burung atau pohon tertentu, menjalani kehidupan
sesuai yang telah ditakdirkan.
Tetapi
manusia memiliki dua karunia yaitu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan menentukan nasib sendiri. Fromm
melihat kesadaran individu akan keterasingan (isolasi) fundamentalnya sebagai
suatu harga yang harus dibayar untuk sebuah self
determination (penentuan takdir sendiri). Melalui kemampuan menentukan
nasib ini, seseorang belajar bahwa dia berbeda dari hewan dengan berdasarkan
atas kesadaran diri.
Filsuf
abad ke-20, Thomas Merton, mempunyai pandangan yang sama mengenai sifat
keberadan manusia. Namun, Merton memahami dengan sangat jelas bahwa seseorang
dapat mencari kebahagiaan melalui perilaku yang kompulsif, termasuk melalui
penggunaan zat kimia. Lebih jauh lagi, kebahagiaan dapat dicapai melalui kasih
sayang yang dibagi secara terbuka dan jujur kepada orang-orang lain. Martin
Buber (1970) bahkan mempunyai pandangan yang lebih ekstrim yaitu bahwa hanya
melalui hubungan kita dengan orang lain, hidup kita dapat didefenisikan. Setiap
individu berdiri “dalam relasi” dengan yang lain, dimana derajat relasi,
hubungan ditentukan oleh seberapa banyak “self”.
Pembaca
mungkin bertanya-tanya apakah kaitan materi ini dengan suatu tulisan mengenai
ketergantungan terhadap zat kimia. Jawaban dari pertanyaan ini dapat ditemukan
pada observasi yang dilakukan oleh para anggota organisasi Alcoholic Anonymous
(AA) yang melihat alkoholisme (dengan perluasan bentuk lain dari adiksi)
sebagai suatu “penyakit” kejiwaan. Dalam hal ini, mereka mentransformasikan
diri mereka dari korban yang tidak dapat ditolong menjadi partisipasi aktif
pada proses penyembuhan.
Diluar
perjuangan ini, para pendiri AA berbagi pengetahuan mendalam yang mereka miliki
tentang sifat adiksi, bukan sebagai suatu fenomena untuk dipelajari dengan adil
tetapi sebagai musuh besar yang menggenggam hidup setiap anggota ditangannya.
Anggota-anggota pertama AA berjuang bukan untuk mencari elemen-elemen umum
terkecil yang dapat menyebabkan addiksi, tetapi untuk memahami dan berbagi
tentang proses penyembuhan addiksi. Dalam hal ini, pelopor-pelopor awal AA
sampai pada pemahaman bahwa penyembuhan adiksi merupakan suatu proses spiritual
dimana melalui proses tersebut seseorang menemukan kembali kesatuan spiritual
yang mereka coba raih tetapi tidak akan pernah ditemukan melalui zat kimia.
Kelompok-kelompok
swadaya, seperti Alcoholic Anonymous & Narcotics Anonymous tidak
mendalilkan suatu teori khusus tentang bagaimana adiksi zat kimia muncul
(Herman). Lebih jauh lagi, organisasi-organisasi swadaya ini mengasumsikan
dengan sederhana bahwa seseorang, yang mana penggunaan zat kimia turut campur
tangan dalam dengan hidupnya, memiliki suatu penyakit atau kelainan akibat
penggunaan zat kimia. Urgensi untuk mengikuti AA, bagi para pendirinya,
terbukti sendiri bagi seseorang (individu) dalam arti untuk mengetahui bahwa
apakah anda telah kecanduan atau tidak. Mereka benar-benar mencari sesuatu yang
berhubungan dengan alam baka dan mereka bermain-main dengan kematian untuk
menemukannya.Pada awalnya, semua itu bekerja, tetapi kemudian tidak.
Dalam
arti yang sebenarnya, obat-obatan tidak menyebabkan ketagihan. Lebih jauh lagi,
penyalahgunaan oleh individu akan obat menjadi sesuat yang dipercayanya sebagai
suatu hal yang penting. Berbagai kerusakan rohani bukanlah sesuatu yang tidak
biasa dan biasanya tidak ketahuan oleh orang lain. Tetapi pada seseorang dengan
kelainan akibat penyalahgunaan zat kimia, kerusakan rohani diekspresikan
sebagai bagian oleh penegasan individu terhadap kecanduan zat kimia sesuai
penerimaan, tepat, dan diinginkan sebagai suatu titik tengah untuk mencapai
sebuah tujuan yang tidak ditetapkan pada kondisi terbaik.
Bentuk
ekspresi lain dari penyakit rohani ini adalah keragu-raguan individu untuk
bertanggung jawab terhadap “self” . Yang menjadi penderitaan pribadi adalah
dalam suatu pengertian, sebuah jalan bagi pemilikan rasa tanggung jawab
terhadap hidup seseorang. Suatu hal yang pasti, penderitaan adalah suatu
kenyataan hidup yang tidak dapat dielakkan. Sayangnya, masyarakat modren
meremehkan proses perkembangan individu dan permasalahn (rasa sakit) yang
melekat pada proses perke\mbangan itu. Dengan tekanannya pada kebahagiaan
seseorang, berbagai penderitaan dan rasa sakit dilihat sebagai sesuatu yang
tidak begitu penting, jika tidak terlalu kentara. Lebih jauh, masyarakat modren
menyokong penderitaan itu secara otomatis menjadi diberantas melalui penggunaan
obat-obatan selama obat-obatan itu diresepkan oleh dokter (Wiseman)
--Sebuah
gambaran penyakit syaraf modren saat ini adalah bahwa banyak orang rela untuk
memilih jalan yang agak luar biasa untuk mencegah masalah-nmasalah kita dan
penderitaan yang ditimbulkan pantas (bijaksana) dalam rangka mencari jalan
keluar yang mudah, membangun fantasi-fantasi yang rumit yang terkadang
benar-benar jauh dari realita.—
Dengan
demikian, individu pada program yang 12 Langkah- diangkatkan oleh Alcoholic
Anonymous akan sering menyatakan bahwa orang-orang yang kecanduan sebagai
orang-orang yang “buta secara spiritual” dan percaya bahwa proses recovery
(pemulihan kembali) mengharuskan seseorang untuk belajar.
¦ Penyakit Pikiran-pikiran Jiwa :
Pertanyaan Jiwa dan Raga
Pertanyaan
apakah adiksi merupakan gangguan syaraf, seperti yang disarankan oleh model
medis (Telah didiskusikan pada Bab 3),atau suatu gangguan spiritual (dasar
pikiran Bab ini), mempunyai implikasi yang melebihi gangguan-gangguan akibat
penggunaan zat-zat kimia itu sendiri. Jawaban akhir bagi pertanyaan ini akan
sampai kepada dasar yang diberikan jawaban-jawaban masyarakat terhadap
pertanyaan dan sifat manusia. Terdapat sejumlah bukti yang menganjurkan bahwa
keyakinan spiritual yang kuat berkorelasi positif dengan pemulihan dari
penyakit akibat penyalahgunaan senyawa-senyawa kimia (Sterling, dkk, 2006).
Akan tetapi, masyarakat bersikeras untuk bertahan pada dikotomi jiwa-raga yang
dibua-buat muncul ketika sains menantang model realitas yang berlaku. Terbukti
pada abad ke-14. Tetapi apa yang menjadi sifat adiksi sebenarnya? Adiksi
bukanlah sepenuhnya penyakit yang menyerang fisik dan bukan pula secara
eksklusif sebagai suatu gangguan jiwa. Lebih jauh lagi, adiksi sampai pada
suatu trio kekuatan yang terhubung satu sama lain. Aspek-aspek psikologis
individu, kondisi kesehatan / warisan biologisnya serta keadaan rohani
(spiritualitasnya).
¦ Perkembangan Adiksi : Lingkaran
Sempit
Seiring
perkembangan alkoholisme, individu sampai pada pemusatan hidup mereka disekita
penggunaan alkohol. Tentu saja, seseorang mungkin melihat penyalahgunaan
obat-obatanlah yang menjadi inti dimana kehidupan pecandu berkisar.
Senyawa-senyawa kimia memikul peranan “kebutuhan utama” bagi pecandu &
keluarganya. Merupakan hal sulit bagi
mereka yang tidak pernah kecanduan senyawa kimia untuk mengerti fakta ini.
Pecandu sering menunjukkan keasikan.
Individu dengan penyakit / gangguan
akibat pennyalahgunaan senya kimia (SUDS) seiring hadir dengan suatu tingkat
keegoisan yang membingungkan, jika tidak mengganggu orang lain. Hal ini dapat
dilihat sebagai suatu bentuk penyakit moral yang memperkenankan suatu senyawa
kimia untuk mengambil peranan kebutuhan utama dalam hidup seseorang. Para
pecandu mungkin berkata :Tidak pernah melebihi keegoisan anak-anak”
¦ Beberapa Permainan Adiksi
Salah satu masalah utama dalam bekerja dengan mereka
yang kecanduan terhadap bahan kimia adalah individu sering mencari sumber obat
untuk menambah sumber pasokan obat mereka. Alasan merak melakukan hal tersebut
yaitu pertama Obat-obatan dapat dibeli secar legal juika ada kebutuhan medis
yang sah untuk membeli obat tersebut. Para pecandu narkoba tidak perlu takut
tertangkap karena ia memiliki resep obat yang sah ditandatangani oleh
dokter.(Goldman, 1991). Kedua, obat-obatn adalah sebuah produk yang dikenal
pada tingkat pecandu, jadi orang yang kecanduan mampu memperoleh obat-obatan
dengan mudah.
Para
pecandu tuidak perlu tentang kualitas rendah obat yang dibeli di “jalanan”,
campuran obat yang dibeli dijalanan (seperti ketika PCP dicampur dengan ganja
potensi rendah) atau terjadinya kekeliruan (seperti
ketika PCPdijual sebagaiLSD).
Juga, obat-obatan yang dijual dijalanan jauh lebih murah. Contoh : biaya hydromorphone analgesik sekitar $1 per
tablet di apotik , tetapi di jalan setiap tablet mungkin dijual sebanyak $45
sampai $ 100 (Goldman,1991)
Dokter yang
bekerja dengan orang yang kecanduan harus peka terhadap perasaan pecandu. Bagi orang yang ketergantungan alkohol/narkoba, tujuannya
adalah mendapatkan obat biaay
obat dengan harga lebih virtual. Salah satu cerita favori yang sering terdengar adalah
pecandu mengunjungi rumah sakit atau kantor dokter dalam upaya untuk
mendapatkan obat yang diinginkan dengan berpenampilan meyaikinkan atau
berpura-pura sakit. Beberapa individuu berpura-pura memiliki luka akibat trauma
di punggung atau karena gagal operasi ketika bertemu dokter. Kemudian dokter
mendengar cerita seperti : a)”orang lain telah membantu saya, kecuali anda atau
b). anjing/kucing/ kuda makan obat penghilang rasa sakit dan memerlukan resep
obat.
Pasien terlihat untuk
melaporkan "batu
ginjal", ketika diminta untuk menghasilkan
sebuah sampel urin untuk
pengujian, telah ditemukan menambahkan
setetes darah untuk sampel untuk pengujian, telah ditemukan menambahkan setetes darah untuk sampel dari cocokan
peniti ke jari untuk mendukung klaim mereka bahwa mereka melewati batu ginjal.
¦ Penyembuhan Melalui Pembangunan
Kejujuran
Salah satu akibat
dari kecanduan terhadap zat kimia yaitu tidak jujur terhadap diri
sendiri. (knapp,1996). Kejujuran adalah salah satu cara untuk mengeluarkan dan
menghindari seseorang dari realitas
kecanduan. Para penulis buku Narcotics
Anonymous (1982) memperingatkan bahwa tidak mudah untuk memahami bahaya
dari adiksi. Memang, menipu diri sendiri adalah salah satu dari harga yang
harus dibayar oleh pecandu unutk kecanduan. Menurut “buku besar” NA, sifat itu
hanya putus asa, tidak weaskorselves, Mungkinkah itu obat?” (pp.1-2)
Orang yang mengalami kecanduan akan
berbicara dengan bangga tentang bagaimana sedikit atau banyaknya mereka
mengkonsumsi “obat bebas” untuk berbagai periode waktu. Pemeriksaan individu
terhadap motivasi dari mantan pecandu narkoba sering menyebutkan bahwa seseorang mungkin menjauhkan diri dari obat /
alkohol karena takut dipenjara, sementara yang lain mungkin menjauhkan diri
karena ia takut kambuh kembali. Dalam sebagian besar contoh, mantan pecandu
narkoba tidak menggunakan obat karena ancaman eksternal, ketika ancaman
tersebut berakhir dapat mengakibatkan orang tersebut kambuh kembali. Tidak
mudah memberikan motivasi kepada seseorang agar berhenti untuk menggunakan obat
selamanya. Banyak pecandu mengakui menjadi kecanduan kembali setelah
konfrontasi yang kuat, dia hanya merubah arah pemakaian obat sehingga terlihat
seperti “Obat bebas” . Hal ini tidak berlaku untuk pecandu opiat dalam program
pemeliharaan metadone yang memakai alkohol, mariyuana atau kokain. Metadone
tidak menghambat efek euforia obat seperti euforia pada narkotik. Jadi, orang
yang kecanduan terlihat berpenampilan kooperatif, muncul setiap hari unutk
mengambil metadone tanpa protes tetapi mereka masih menggunakan kokain,
mariyuana atau alkohol.
Dalam
arti yang
sangat nyata, orang yang kecanduan telah kehilangan kontak dengan realitas. Seiring waktu, orang-orang yang kecanduan terhadap bahan kimia memiliki
sifat kepribadian yang
umum. Ada beberapa pertanyaan
apakah tipe kepribadian, kepribadian
yang disebut kecanduan, atau kepribadian berkembang sebagai akibat dari kecanduan
(Bean-Bayog, 1988;
Nathan, 1988). Namun,
seperti
ayam-atau-telur-pertanyaan ini tidak mengubah fakta bahwa
untuk pecandu, kecanduan adalah
pusat alam semesta. Pecandu
mungkin pergi tanpa makanan selama
berhari-hari, tapi sangat sedikit
yang mau pergi tanpa menggunakan bahan kimia untuk bahkan waktu singkat. Pecandu
kokain telah berbicara tentang bagaimana mereka akan menghindari
hubungan seksual dengan pasangan mereka atau orang penting lain dalam rangka untuk terus menggunakan
kokain. Sama seperti alkohol yang sering tidur dengan
"pembuka mata" (yaitu, minuman beralkohol) yang
sudah dicampur dengan sisi tempat
tidur, beberapa pecandu narkoba
suntikan telah dikenal untuk tidur
dengan "rig" (yaitu,
jarum suntik) dimuat
dan siap untuk digunakan di samping tempat tidur sehingga mereka bisa menyuntikkan obat segera setelah mereka bangun di pagi hari.
Ada sebuah lelucon lama di Alcoholics Anonymous "Bagaimana
Anda bisa tahu jika seorang alkoholik
adalah berbohong?". Banyol kemudian berhenti
sejenak untuk efek dramatis
sebelum garis pukulan disampaikan: bibir bergerak!".
Ini "lelucon" suram menggarisbawahi suatu kenyataan yang menyakitkan: orang Kecanduan sering berbohong
untuk melindungi kecanduan mereka.
Mereka berbohong kepada anggota keluarga, pasangan, anak-anak, percobaan atau petugas pembebasan
bersyarat, terapis, dan physicians.
Dalam berhubungan dengan orang
lain, realitas masam dimanipulasi
oleh orang yang kecanduan yang
berusaha untuk melindungi kecanduan
nya. Karena kecanduan,
(a) untuk orang yang
kecanduan, kimia datang pertama,
dan (b) orang yang kecanduan pusat hidupnya di
kimia. Untuk melupakan
kenyataan ini adalah dengan menjalankan
bahaya terjebak dalam web pecandu kebohongan,
setengah kebenaran, manipulasi,
atau karangan keluar kanan.
Para
pecandu yang sudah pulih akan berbicara tentang bagaimana mereka melakukan
manipulatif dan sering mengakui bahwa diri mereka adalah musuh terburuk mereka. Ketika
mereka bergerak sepanjang jalan
menuju pemulihan, pecandu akan menyadari bahwa mereka juga akan menipu diri mereka sebagai bagian dari proses kecanduan. Satu narapidana
mengatakan, sebelum saya dapat
menjalankan permainan pada orang lain, saya harus memiliki
keyakinan sendiri ". Seperti
kecanduan berlangsung, pecandu tidak mempertanyakan persepsi nya tapi
datang untuk percaya apa yang dia
perlu percaya untuk
mempertahankan kecanduan.
¦ Kebangaan Semu : Penyakit Jiwa
Penelitian terakhir mengatakan bahwa, hal yang
menyebabkan kecanduan merupakan salah satu penyakit kejiwaan. Edmeades(1987)
mengatakan bahwa Carl jung, pernah melakukan pengobatan di Amerika terhadap
Rowland H, yaitu seorang pecandu alkohol pada tahun 1931. Setelah pengobatan
dilakukan, Rowland H kambuh lagi, tapi Jung menolak untuk kembali melakukan
analisis.Kemudian, Jung berkata bahwa : Satu-satunyanya harapan pemulihan Rowland
terletak pada dirinya
yang memiliki kebangkitan spiritual, yang
kemudian ditemukan melalui kelompok
agama di Amerika.
Akhirnya Carl Jung mengidentifikasi bahwa pecandu alkohol merupakan penyakit
kejiawaan. Twelve Steps and Twelve
Traditions of Alcoholics Anonymous (1981)mengatakan bahwa adiksi Dapat
membuat jiwa sakit. Dalam mendukung perpektif ini, Kandel dan Raives (1989)
menemukan bahwa “kurang agama” (p.113) merupakan prediksi signifikan dalam
menggunakan kokain dan mariyuana pada dewasa muda sebelum terjadinya pengalaman mencoba drug. Tiap
individu yang kecanduan, sebuah peningkatan keagamaan meruapakann element inti
untuk melakukan perbaikan.
Dalam pembicaraan dengan pecandu,
hal berkesan ketika menjadi pencandu adalah
bagaimana mereka mengalami penderitaan sepanjang hidupnya. Seringkali
orang yang kecanduan mengalami trauma emosional yang mendalam. Jiwa individu
mengalami sakit sepanjang hari , karena kecanduan membuat individu kehilangan
arah hidup. Dimana kita memulai hidup dengan harapan, kepercayaan, dan
keuletan”(Fromm, 1968, p.20), menyusun hinaan yang diterima dalam sebagai
kekuatan untuk mengatasi kekecewaan dan
kerusakan dari jiwa individu. Pada titik ini, jika ada sesuatu yang tidak ditemukan untuk mengisi "hati kosong pecandu,
ia akan mengisi perutnya dengan stimulan buatan dan obat penenang (Graham, 1988, hal.14).
Hanya sedikit dari kita yang melarikan diri peristiwa yang menantang
kita secara rohani, dan saat
kita menghadapi semua itu tergantung pada kesadaran tertinggi (Fromm,
1968).
¦ Penolakan, Proyeksi, Rasionalisasi
dan Meminimalkan : Empat Horsemen dari Kecanduan
Pandangan tradisional mengatakn bahwa
adiksi / kecanduan adalah semua perilaku manusia, yang memasukkan zat kimia
penyebab kecanduan ke dalam tubuh yang merupakan sisa-sisa pondasi dari
karakteristik pertahana psikologis. Dalam kasus ketergantungan sel kimia,
pertahanan diri manusia melalui tahap penolakan, proyeksi, rasionalisasi dan
minimalisasi, seperti pertahanan psikologis, pertahanan diri dikendalikan oleh
alam bawah sadar.
Penolakan
.
Pengetahuan klinis diantara subtansi perilaku kejam rehabilitasi mensugesti
bahwa (SUD) individual tersembunyi diantara dinding penolakan (Craft, 2006).
Intinya penolakan terjadi ketika individu mengacungkan atau menolak realita
yang mengganggu(Sadock & Sadock, 2003). Ini termasuk ke dalam
ketidaksadaran dalam menipu diri, sebagai klasifikasi dari banyaknya bentuk
primitif, narsistik diri oleh Sadock & Sadock (2003). Alam bawah sadar
selalu digunakan individu untuk membantu individu menghindari kegelisahan &
emosi distress (Sadock & Sadock,2003). Ini adalah proses persepsi selektif
sebelum dan sesudah terjadi elemen realitas rasa sakit dan rasa takut yang
tidak diakui atau ditolak. Hal ini disebut dengan “tunnel vision” oleh program
Alcoholic Anonymous (untuk dijadikan diskusi pada seksi berikutnya).
Proyeksi
adalah
ketidaksadaran pertahanan diri melalui jasmaniah berbentuk emosi yang tidak
diterima oleh seseorang kemudian di tolk ke alam bawah sadar dan dalam bentuk
sifat (Sadock & Sadock, 2003).
Rasionalisasi / intelektualisasi
ini klasifikasi oleh Sadock dan Sadock (2003) sebagai salah satu pertahanan "neurotik
melalui mana individu mencoba membenarkan sikap dinyatakan tidak dapat diterima,
keyakinan atau perilaku melalui
penggunaan rasionalisasi kognitif
Minimisasi beroperasi
dalam cara yang berbeda dari operasi defensif. Artinya minimisasi
beroperasi seperti mekanisme pertahanan rasionalisasi, tetapi lebih spesifik
daripada rasionalisasi.
Reaksi terhadap
teori gangguan spiritual kecanduan. meskipun pandangan tradisional tentang
penyalahgunaan zat di negara-negara bersatu adalah bahwa mekanisme pertahanan
penyangkalan, proyeksi, rasionalisasi minimalisasi, dan secara tradisional
ditemukan dalam kasus-kasus ketergantungan obat, pandangan ini tidak diterima
secara universal. minoritas, kecil semakin vokal telah menawarkan kerangka
kerja alternatif dalam substansi penyalahgunaan profesional mungkin memandang
mekanisme pertahanan yang mereka hadapi dalam pekerjaan mereka dengan orang
kecanduan.
misalnya Foote (20006) menantang konsep bahwa kegagalan dalam pengobatan secara
otomatis kesalahan pasien, mencatat bahwa kegagalan terapi mungkin dipandang
sebagai sebagai refleksi dari pertandingan unsuccesful antara klien dan
terapis. furhter, penulis menunjukkan, konfrontasi adalah prediktor yang kuat
untuk keluar negatif datang, dengan klien menjadi lebih bergolak semakin dia
dihadapkan tentang kurangnya kemajuan.
Telah
menyarankan bahwa belieautomatically memanfaatkan penolakan yang
mungkin sebenarnya demikian meningkatkan
indivuals dengan sindroma
autmatically memanfaatkan penolakan mungkin sebenarnya lebih berbahaya daripada yang baik (berkaki, 2006; Peele,
1989). dalam beberapa kasus, penolakan individu
untuk mengakui SUD suatu pengingkaran mungkin
tidak sama sekali dan dapat
berarti bahwa dia atau dia tidak
memiliki gangguan penggunaan
narkoba (Peele, 1989). kemungkinan
ini menggarisbawahi needd untuk penilaian yang akurat tentang pola penggunaan substansi
klien (dibahas kemudian dalam teks ini) untuk
menentukan apakah ada atau tidak
kebutuhan untuk intervensi aktif atau pengobatan.
miller dan rollnick
(2007) menawarkan teori yang secara radikal berangkat dari keyakinan bahwa pecandu tipically memanfaatkan penolakan
sebagai pertahanan utama terhadap pengakuan yang
"sakit". penulis menyarankan
bahwa pecandu alkohol, sebagai kelompok,
tidak memanfaatkan penolakan lebih sering daripada kelompok lainnya rata-rata. bukan,
kombinasi dari dua faktor telah membuat tampak bahwa
pecandu sering memanfaatkan dan
proyeksi dalam pelayanan depedency.
pertama, proses persepsi selektif pada bagian staf
pusat pengobatan membuatnya tampak
orang tergantung zat
yang sering menggunakan mekanisme
pertahanan dibahas sebelumnya. penulis
menunjukkan fenomena yang dikenal sebagai "ilussion korelasi"
untuk mendukung teori ini. sesuai ilusi korelasi,
manusia cenderung untuk mengingat informasi
yang menegaskan perconceptions mereka
dan melupakan atau mengabaikan informasi yang gagal memenuhi mereka.
Ringkasan
Banyak layanan profesional manusia
yang memiliki kontak terbatas
dengan kecanduan cenderung memiliki
pandangan yang menyimpang dari sifat
kecanduan narkoba. memiliki mendengar istilah penyakit diterapkan untuk ketergantungan obat, pekerja layanan berpengalaman
banyak manusia berpikir dalam hal penyakit yang lebih tradisional dan banyak menjadi kasar terkejut dengan penipuan
yang melekat dalam addiciton
obat. sementara ketergantungan
obat adalah penyakit, itu adalah
penyakit seperti tidak lain. itu, seperti yang tercantum dalam bab eralier, penyakit
yang requieres partisipasi aktif
dari "korban". lebih lanjut,
kelompok self-help seperti kecanduan
alkohol anonim atau melihat narkotika anonim
sebagai penyakit jiwa dan menawarkan program-program rohani untuk
membantu anggota mereka mencapai dan mempertahankan pemulihan mereka.
kecanduan adalah, dalam arti, suatu bentuk kegilaan.
kegilaan kecanduan terletak di atas dasar mekanisme
pertahanan phisological seperti
rasionalisasi, minimisasi,
penyangkalan dan proyeksi. mekanisme
pertahanan, ditambah penipuan
diri, menjaga seseorang dari
menjadi sadar akan realitas
kecanduan nya hingga
penyakit itu telah berkembang cukup
jauh. untuk memerangi penipuan
diri sendiri, penekanan pecandu
alkohol anonim tempat pada kejujuran, keterbukaan dan kemauan untuk mencoba hidup tanpa alkohol. kejujuran, baik dengan diri sendiri dan dengan orang lain, adalah fitur utama dari program AA, yang menawarkan program designned untuk mendorong pertumbuhan rohani untuk membantu individu mengatasi atau dia kelemahan
rohani
Nb : Maaf bahasanya agak kacau..Transletan soalnya...