Selasa, 03 April 2012

Kasus Kecanduan (adiksi) ditelaah dari teori psikologi

Kasus diambil dari novel Detik Terakhir, dimana penulis buku tersebut dalam bukunya menyebutkan bahwa cerita dalam novel Detik Terakhir diangkat dari kisah nyata. Berikut adalah keterangan buku :
Judul







: Detik Terakhir  
No. ISBN
: 9789792222142 
Penulis
 : Alberthiene Endah 
Penerbit
Tanggal terbit
: Juni - 2006 
Jumlah Halaman
: 248 
           
            Nama tokoh dalam novel  Detik Terakhir adalah Arimbi. Dimana proses kecanduan berawal dari tawaran salah seorang bandar narkoba yang datang ke kantin sekolahnya saat Arimbi bolos dari pelajaran di kelas. Sebelumnya Arimbi merupakan anak perempuan nakal yang sering bolos bersama teman laki-laki unutk merokok dan menonton film porno. Hal ini dilakukan Arimbi sebagai bentuk perlawanan terhadap tingkah laku kedua orangtuanya yang tidak peduli dengan dirinya. Setelah pertama kali mengkonsumsi narkoba, Arimbi merasa pusing tetapi juga merasakan “kenikmatan” berbeda yang dirasakan daripada merokok dan melakukan kenakalan anak sekolahan. Arimbi semakin sering mengkonsumsi narkoba ketika bertemu dengan kelompok pecandu narkoba yang membuat Arimbi merasa nyaman. Dia juga bertemu dengan seorang yang dia cintai bernama Vera (Arimbi menjadi seorang lesbi).
            Arimbi adalah anak tunggal dari keluarga yang kaya raya, tetapi orangtuanya sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing, sehingga Arimbi diabaikan oleh kedua orangtuanya. Sejak kecil Arimbi dimanjakan oleh orangtuanya dengan cara memenuhi semua keinginan dan kebutuhan hidup Arimbi, tetapi Arimbi tidak diberikan kasih sayang,dan  perhatian serta tidak diajarkan moral (perilaku yang baik dan buruk). Orangtua Arimbi merasa telah cukup baik dalam membesarkan Arimbi.
            Ketika Arimbi tertangkap oleh polisi karena narkoba, orangtuanya hanya membebaskan Arimbi tanpa mengontrol dan mengawasi Arimbi lebih lanjut. Sehingga Arimbi menjadi langganan polisi dan sering kabur dari panti rehabilitasi. Arimbi tidak pernah berubah, tetap menjadi pecandu narkoba karena orangtuanya tidak merubah sikapnya. Tetapi Arimbi mempunyai semangat untuk melanjutkan hidup karena kekasihnya yang bernama Vela. Arimbi yakin dapat hidup bahagia jika bersama Vela. Ketika Arimbi masuk panri rehabilitasi, dia tidak ingin berhenti kecanduan karena orangtuanya yang memasukkan dia ke panti rehab. Tetapi, dia merasa bisa berhenti kecanduan karena kekasihnya Vela.
Berdasarkan kasus diatas, maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor psikososial penyebab Arimbi kecanduan yaitu :
1. Keluarga : Dimana Arimbi merupakan anak tunggal dari keluarga yang tidak pernah memberikan perhatian dan kasih sayang kepadanya. Awalnya mengkonsumsi narkoba sebagai bentuk perlawanan terhadap tingkah laku kedua orangtuanay.
2. Kelompok Sosial : Arimbi yang merasa nyaman ketika berada dalam kelompok pecandu narkoba, karena dalam kelompok tersebut dia diterima dengan baik, tidak seperti kehidupannya di rumah.
3. Gaya Hidup : Alone (sendirian, kesepian) dalam hal ini dapat menjadi faktor penyebab Arimbi kecanduan.
4. Lingkungan : Lingkungan perkotaan, dimana banyaknya pecandu dan bandar narkoba yang bebas berkeliaran membuat orang menjadi pemakai narkoba. Dalam kasus ini, Arimbi yang pertam kali mencicipi narkoba di kantin sekolahnya sendiri membuat lingkungan / keadaan di sekolah menjadi penyebab awal Arimbi menjadi pecandu narkoba.
5. Perasaan : Ketegangan dalam diri karena masalah keluarga, lingkungan dan permasalahan dalam diri ketika mencari jati diri membuat Arimbi mencoba untuk memakai narkoba dan akhirnya kecanduan.

            Analisis psikologi penyebab kecanduan yaitu berdasarkan teori Albert Bandura yang mengemukakan reciprocal determinism yaitu seseorang akan bertingkah laku dalam suatu situasi yang dia pilih secara aktif. Dalam hal ini, Arimbi secara aktif memilih menggunakan narkoba karena situasi keluarga yang tidak diinginkannya. Bandura dalam teorinya menerangkan tentang self efficacy yang mengatakan tentang persepsi seseorang mengenai kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah. Dalam self efficacy terdapat Efficacy expectations yang menghasilkan outcome yaitu antisipasi dari hubungan yang sistematik antara kejadian-kejadian atau objek-objek dalam suatu situasi. Bentuknya adalah “jika-maka” antara perilaku dan hasilnya.    Pada kasus, dapat diterangkan bahwa jika Arimbi mengkonsumsi narkoba, maka hasil yag didapat olehnya yaitu “bebas” dari masalahnya di rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar