Selasa, 03 April 2012

Psikologi Adiksi : ADIKSI SEBAGAI SUATU PENYAKIT KEJIWAAN



ADIKSI SEBAGAI SUATU PENYAKIT KEJIWAAN

            Primack & Abrams secara meyakinkan berpendapat bahwa budaya ini “mungkin merupakan budaya pokok pertama dalam sejarah pokok manusia dengan tanpa penunjukan gambaran kenyataan pada orang lain”(p.4). Padahal melalui pembagian pandangan dari kenyataan tersebut, individu anggota suatu komunitas memperoleh arti tentang perspektif mengenai keberadaannya di alam semesta. Perspektif ini, pada gilirannya, melengkapi individu tersebut dengan suatu perasaan ”membumi” pada realitas dimana mereka berada. Dan ketiadaan rasa membumi dapat membuat seseorang beresiko untuk mengalami sindrom diskoneksi, yaitu suatu keadaan ketika dia merasa buta akan keberadaannya di dunia nyata.
            Rasa membumi itu membuat individu menempatkan “self” pada hubungan langsung dengan sesuatu yang lebih besar, menjadikan rasa “membumi” tersebut sebagai keseluruhan kreasi atau “kekuatan besar” yang melebihi dirinya. Kebalikan dari hal ini, kurangnya hubungan langsung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri seseorang dapat dikatakan merefleksikan suatu penyakit jiwa atau self. Dalam konteks ini, adiksi dapat dilihat sebagai gangguan spiritual, daripada membangun suatu hubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya, individu yang mengalami adiksi lebih memilih bersedia menerima khayalan semu yang ditawarkan oleh bahan-bahan kimia “pemberi hiburan” (Alter 2001). Dengan demikian, hal ini sesuai dengan konsep alkoholisme sebagai suatu gangguan spiritual yang menjadi dasar dari program “Alcoholics Anonymous (AA)-12- step program yang diadakan oleh organisasi Alkoholic Anonymous. Memahami realita adiksi pada akhirnya adalah memahami sifat dasar manusia itu sendiri. Pada bab ini, pondasi spiritual dari adiksi akan lebih didalami.

¦ Kebangkitan Peradaban Barat, atau Bagaimana Hilangnya Spiritualitas
Seseorang dapat dengan sangat yakin berpendapat bahwa akar dari perpecahan antara sains & spiritualitas di dunia barat dapat ditelusuri kembali pada abad pertengahan, ketika filsuf-filsuf seperti Roger Bacon berpendapat bahwa hanya fakta-fakta yang dapat diobservasi, diukur, atau direplikasi di bawah kondisi terkontrol atau pembuktian eksperimental-lah yang layak diyakini (Cahill,2006). Perhatian pada sesuatu yang disebut metode saintifik ini memicu berkembangnya perpecahan antara mereka yang mendukung pendapat tersebut dengan mereka yang tetap berpegang pada kepercayaan agama, karena menurut mereka defenisi Tuhan yang berdiri diatas dan diluar ciptaan-Nya, tidak dapt tunduk kepada pembuktian eksperimental (Cahill,2006). Pada permulaan abad ke-21, sains dan spiritualitas telah berpisah semakin jauh dimana banyak muncul keraguan bahwa kedua hal ini tidak akan pernah bertemu.
Spiritualitas dapat dilihat sebagai salah satu faktor yang dapat membantu mendefinisikan, memberikan struktur dan menyediakan suatu kerangka penafsiran tentang eksistensi manusia (Mueler, Plevak & Rummans, 2001, Primack & Abrams, 2006). Spiritualitas memberikan apa yang disebut Primack & Abrams sebagai “big picture”, atau pandangan hidup, dimana dengannya seseorang menafsirkan arti keberadaan (eksistensi)nya. Gambaran realitas (pandangan hidup) ini dibangun melalui berbagai cerita yang didengar & kesaksian atau penyelenggaraan ritual-ritual seumur hidup yang membuat dunia berarti (Primack & Abrams).
            Ritual-ritual demikian termasuk sistem keagamaan yang dianut seseorang. Tetapi di dunia barat, jurang pemisah yang begitu antara sains & spiritualitas kemudian berkembang menjadi semakin besar. “Para dokter mempertanyakan kelayakan penempatan isu-isu keagamaan atau spiritual dalam medis” (Koenig, 2011). Hal ini merupakan perpanjangan dari “persetujuan cartesian” (Primack & Abrams) dimana gereja dan ilmu-ilmu yang muncul membentuk “lempengan” masing-masing. Jika sesuatu hal berhubungan dengan persoalan fisik, maka hal itu berada dalam bidang sains dan persoalan spiritual menjadi urusan gereja (Primack & Abrams). Para dokter zaman sekarang menjauh dari kebutuhan utnuk mendiskusikan persoalan “spiritua;”/. “Roh(jiwa)” dilihat sebagai sisa dari masa lalu primitif manusia, sama seperti tambak atau pakain yang terbuat dari kulit binatang. Akan tetapi, walaupun telah dengan sangat efektif mengeleminasi pandangan hidup abad pertengahan, sains belum dapat menggantikan nilai-nilai yang tersimpan dari banyak hal.
¦ “Hantu dalam Mesin”
Kata “spirit” (jiwa) diturunkan dari bahasa latin “spiritus”. Pada suatu tingkatan, kata ini dapat diartikan secara sederhana sebagai “nafas”. Akan tetapi, dalam makna yang lebih dalam, spiritus berarti sesuatu yang bersifat ketuhanan, menghidupkan sisi kemanusiaan dalam masing-masing diri kita. Manusia membangun suatu posisi yang unik dalam siklus kehidupan, karena pada manusia, hidup, spiritus, yang telah menjadi kesadaran akan kehidupan itu sendiri. Selanjutnya sebagai tambahan bagi kesadaran bahwa kita tidak lagi bagian dari alam. Setiap orang sadar akan isolasi (pemisahan / keterasingan)nya dari orang lain (fromm), tetapi kesadaran akan “self” membawa suatu makna yaitu pemahaman yang menyakitkan bahwa setiap dari kita terisolasi selamanya dari rekan-rekan/kerabatnya.Fromm mengistilahkan kesadaran akan isolasi dasar seseorang tersebut sebagai suatu “penjara yang menyakitkan”, dimana disana ditemukan akar dari kecemasan dan rasa malu. Kesadaran akan separasi (pemisahan) manusia, tulis Fromm, “tanpa reuni dengan kasih sayang-adalah sumber dari rasa malu. Pada saat yang bersamaan, kesadaran ini juga merupakan sumber dari rasa bersalah & kecemasan.
Selain memandu seseorang untuk menentukan apakah mereka akan menjadi seseorang dengan derajat yang lebih rendah atau lebih tinggi, kesadaran individu akan “self hood” juga menempatkan rasa tanggung jawab seseorang terhadap pilihan-pilihan yang mereka buat. Sebuah bunga, burung atau pohon tidak dapat menentukan nasibnya sendiri melainkan hanya dapat menjadi apa yang ditakdirkan kepadanya. Seekor burung tidak berfikir tentang menjadi “seekor” burung atau berfikir tentang menjadi burng jenis apa. Pohon tidak berfikir tentang “menjadi” sebuah pohon. Masing-masing bertindak sesuai dengan karunia yang telah diberikan kepadanya untuk menjadi jenis burung atau pohon tertentu, menjalani kehidupan sesuai yang telah ditakdirkan.
Tetapi manusia memiliki dua karunia yaitu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan menentukan nasib sendiri. Fromm melihat kesadaran individu akan keterasingan (isolasi) fundamentalnya sebagai suatu harga yang harus dibayar untuk sebuah self determination (penentuan takdir sendiri). Melalui kemampuan menentukan nasib ini, seseorang belajar bahwa dia berbeda dari hewan dengan berdasarkan atas kesadaran diri.
Filsuf abad ke-20, Thomas Merton, mempunyai pandangan yang sama mengenai sifat keberadan manusia. Namun, Merton memahami dengan sangat jelas bahwa seseorang dapat mencari kebahagiaan melalui perilaku yang kompulsif, termasuk melalui penggunaan zat kimia. Lebih jauh lagi, kebahagiaan dapat dicapai melalui kasih sayang yang dibagi secara terbuka dan jujur kepada orang-orang lain. Martin Buber (1970) bahkan mempunyai pandangan yang lebih ekstrim yaitu bahwa hanya melalui hubungan kita dengan orang lain, hidup kita dapat didefenisikan. Setiap individu berdiri “dalam relasi” dengan yang lain, dimana derajat relasi, hubungan ditentukan oleh seberapa banyak “self”.
Pembaca mungkin bertanya-tanya apakah kaitan materi ini dengan suatu tulisan mengenai ketergantungan terhadap zat kimia. Jawaban dari pertanyaan ini dapat ditemukan pada observasi yang dilakukan oleh para anggota organisasi Alcoholic Anonymous (AA) yang melihat alkoholisme (dengan perluasan bentuk lain dari adiksi) sebagai suatu “penyakit” kejiwaan. Dalam hal ini, mereka mentransformasikan diri mereka dari korban yang tidak dapat ditolong menjadi partisipasi aktif pada proses penyembuhan.
Diluar perjuangan ini, para pendiri AA berbagi pengetahuan mendalam yang mereka miliki tentang sifat adiksi, bukan sebagai suatu fenomena untuk dipelajari dengan adil tetapi sebagai musuh besar yang menggenggam hidup setiap anggota ditangannya. Anggota-anggota pertama AA berjuang bukan untuk mencari elemen-elemen umum terkecil yang dapat menyebabkan addiksi, tetapi untuk memahami dan berbagi tentang proses penyembuhan addiksi. Dalam hal ini, pelopor-pelopor awal AA sampai pada pemahaman bahwa penyembuhan adiksi merupakan suatu proses spiritual dimana melalui proses tersebut seseorang menemukan kembali kesatuan spiritual yang mereka coba raih tetapi tidak akan pernah ditemukan melalui zat kimia.
Kelompok-kelompok swadaya, seperti Alcoholic Anonymous & Narcotics Anonymous tidak mendalilkan suatu teori khusus tentang bagaimana adiksi zat kimia muncul (Herman). Lebih jauh lagi, organisasi-organisasi swadaya ini mengasumsikan dengan sederhana bahwa seseorang, yang mana penggunaan zat kimia turut campur tangan dalam dengan hidupnya, memiliki suatu penyakit atau kelainan akibat penggunaan zat kimia. Urgensi untuk mengikuti AA, bagi para pendirinya, terbukti sendiri bagi seseorang (individu) dalam arti untuk mengetahui bahwa apakah anda telah kecanduan atau tidak. Mereka benar-benar mencari sesuatu yang berhubungan dengan alam baka dan mereka bermain-main dengan kematian untuk menemukannya.Pada awalnya, semua itu bekerja, tetapi kemudian tidak.
Dalam arti yang sebenarnya, obat-obatan tidak menyebabkan ketagihan. Lebih jauh lagi, penyalahgunaan oleh individu akan obat menjadi sesuat yang dipercayanya sebagai suatu hal yang penting. Berbagai kerusakan rohani bukanlah sesuatu yang tidak biasa dan biasanya tidak ketahuan oleh orang lain. Tetapi pada seseorang dengan kelainan akibat penyalahgunaan zat kimia, kerusakan rohani diekspresikan sebagai bagian oleh penegasan individu terhadap kecanduan zat kimia sesuai penerimaan, tepat, dan diinginkan sebagai suatu titik tengah untuk mencapai sebuah tujuan yang tidak ditetapkan pada kondisi terbaik.
Bentuk ekspresi lain dari penyakit rohani ini adalah keragu-raguan individu untuk bertanggung jawab terhadap “self” . Yang menjadi penderitaan pribadi adalah dalam suatu pengertian, sebuah jalan bagi pemilikan rasa tanggung jawab terhadap hidup seseorang. Suatu hal yang pasti, penderitaan adalah suatu kenyataan hidup yang tidak dapat dielakkan. Sayangnya, masyarakat modren meremehkan proses perkembangan individu dan permasalahn (rasa sakit) yang melekat pada proses perke\mbangan itu. Dengan tekanannya pada kebahagiaan seseorang, berbagai penderitaan dan rasa sakit dilihat sebagai sesuatu yang tidak begitu penting, jika tidak terlalu kentara. Lebih jauh, masyarakat modren menyokong penderitaan itu secara otomatis menjadi diberantas melalui penggunaan obat-obatan selama obat-obatan itu diresepkan oleh dokter (Wiseman)
--Sebuah gambaran penyakit syaraf modren saat ini adalah bahwa banyak orang rela untuk memilih jalan yang agak luar biasa untuk mencegah masalah-nmasalah kita dan penderitaan yang ditimbulkan pantas (bijaksana) dalam rangka mencari jalan keluar yang mudah, membangun fantasi-fantasi yang rumit yang terkadang benar-benar jauh dari realita.—
Dengan demikian, individu pada program yang 12 Langkah- diangkatkan oleh Alcoholic Anonymous akan sering menyatakan bahwa orang-orang yang kecanduan sebagai orang-orang yang “buta secara spiritual” dan percaya bahwa proses recovery (pemulihan kembali) mengharuskan seseorang untuk belajar.
¦ Penyakit Pikiran-pikiran Jiwa : Pertanyaan Jiwa dan Raga
Pertanyaan apakah adiksi merupakan gangguan syaraf, seperti yang disarankan oleh model medis (Telah didiskusikan pada Bab 3),atau suatu gangguan spiritual (dasar pikiran Bab ini), mempunyai implikasi yang melebihi gangguan-gangguan akibat penggunaan zat-zat kimia itu sendiri. Jawaban akhir bagi pertanyaan ini akan sampai kepada dasar yang diberikan jawaban-jawaban masyarakat terhadap pertanyaan dan sifat manusia. Terdapat sejumlah bukti yang menganjurkan bahwa keyakinan spiritual yang kuat berkorelasi positif dengan pemulihan dari penyakit akibat penyalahgunaan senyawa-senyawa kimia (Sterling, dkk, 2006). Akan tetapi, masyarakat bersikeras untuk bertahan pada dikotomi jiwa-raga yang dibua-buat muncul ketika sains menantang model realitas yang berlaku. Terbukti pada abad ke-14. Tetapi apa yang menjadi sifat adiksi sebenarnya? Adiksi bukanlah sepenuhnya penyakit yang menyerang fisik dan bukan pula secara eksklusif sebagai suatu gangguan jiwa. Lebih jauh lagi, adiksi sampai pada suatu trio kekuatan yang terhubung satu sama lain. Aspek-aspek psikologis individu, kondisi kesehatan / warisan biologisnya serta keadaan rohani (spiritualitasnya).

¦ Perkembangan Adiksi : Lingkaran Sempit
Seiring perkembangan alkoholisme, individu sampai pada pemusatan hidup mereka disekita penggunaan alkohol. Tentu saja, seseorang mungkin melihat penyalahgunaan obat-obatanlah yang menjadi inti dimana kehidupan pecandu berkisar. Senyawa-senyawa kimia memikul peranan “kebutuhan utama” bagi pecandu & keluarganya. Merupakan hal sulit  bagi mereka yang tidak pernah kecanduan senyawa kimia untuk mengerti fakta ini. Pecandu sering menunjukkan keasikan.
            Individu dengan penyakit / gangguan akibat pennyalahgunaan senya kimia (SUDS) seiring hadir dengan suatu tingkat keegoisan yang membingungkan, jika tidak mengganggu orang lain. Hal ini dapat dilihat sebagai suatu bentuk penyakit moral yang memperkenankan suatu senyawa kimia untuk mengambil peranan kebutuhan utama dalam hidup seseorang. Para pecandu mungkin berkata :Tidak pernah melebihi keegoisan anak-anak”
¦ Beberapa Permainan Adiksi
Salah satu masalah utama dalam bekerja dengan mereka yang kecanduan terhadap bahan kimia adalah individu sering mencari sumber obat untuk menambah sumber pasokan obat mereka. Alasan merak melakukan hal tersebut yaitu pertama Obat-obatan dapat dibeli secar legal juika ada kebutuhan medis yang sah untuk membeli obat tersebut. Para pecandu narkoba tidak perlu takut tertangkap karena ia memiliki resep obat yang sah ditandatangani oleh dokter.(Goldman, 1991). Kedua, obat-obatn adalah sebuah produk yang dikenal pada tingkat pecandu, jadi orang yang kecanduan mampu memperoleh obat-obatan dengan mudah.
Para pecandu tuidak perlu tentang kualitas rendah obat yang dibeli di “jalanan”, campuran obat yang dibeli dijalanan (seperti ketika PCP dicampur dengan ganja potensi rendah) atau terjadinya kekeliruan (seperti ketika PCPdijual sebagaiLSD). Juga, obat-obatan yang dijual dijalanan jauh lebih murah. Contoh :  biaya hydromorphone analgesik sekitar $1 per tablet di apotik , tetapi di jalan setiap tablet mungkin dijual sebanyak $45 sampai $ 100 (Goldman,1991)
Dokter yang bekerja dengan orang yang kecanduan harus peka terhadap perasaan pecandu. Bagi orang yang ketergantungan alkohol/narkoba, tujuannya adalah mendapatkan obat biaay obat dengan harga lebih virtual. Salah satu cerita favori yang sering terdengar adalah pecandu mengunjungi rumah sakit atau kantor dokter dalam upaya untuk mendapatkan obat yang diinginkan dengan berpenampilan meyaikinkan atau berpura-pura sakit. Beberapa individuu berpura-pura memiliki luka akibat trauma di punggung atau karena gagal operasi ketika bertemu dokter. Kemudian dokter mendengar cerita seperti : a)”orang lain telah membantu saya, kecuali anda atau b). anjing/kucing/ kuda makan obat penghilang rasa sakit dan memerlukan resep obat.
Pasien terlihat untuk melaporkan "batu ginjal", ketika diminta untuk menghasilkan sebuah sampel urin untuk pengujian, telah ditemukan menambahkan setetes darah untuk sampel untuk pengujian, telah ditemukan menambahkan setetes darah untuk sampel dari cocokan peniti ke jari untuk mendukung klaim mereka bahwa mereka melewati batu ginjal.

¦ Penyembuhan Melalui Pembangunan Kejujuran
Salah satu akibat  dari kecanduan terhadap zat kimia yaitu tidak jujur terhadap diri sendiri. (knapp,1996). Kejujuran adalah salah satu cara untuk mengeluarkan dan menghindari  seseorang dari realitas kecanduan. Para penulis buku Narcotics Anonymous (1982) memperingatkan bahwa tidak mudah untuk memahami bahaya dari adiksi. Memang, menipu diri sendiri adalah salah satu dari harga yang harus dibayar oleh pecandu unutk kecanduan. Menurut “buku besar” NA, sifat itu hanya putus asa, tidak weaskorselves, Mungkinkah itu obat?” (pp.1-2)
            Orang yang mengalami kecanduan akan berbicara dengan bangga tentang bagaimana sedikit atau banyaknya mereka mengkonsumsi “obat bebas” untuk berbagai periode waktu. Pemeriksaan individu terhadap motivasi dari mantan pecandu narkoba sering menyebutkan bahwa  seseorang mungkin menjauhkan diri dari obat / alkohol karena takut dipenjara, sementara yang lain mungkin menjauhkan diri karena ia takut kambuh kembali. Dalam sebagian besar contoh, mantan pecandu narkoba tidak menggunakan obat karena ancaman eksternal, ketika ancaman tersebut berakhir dapat mengakibatkan orang tersebut kambuh kembali. Tidak mudah memberikan motivasi kepada seseorang agar berhenti untuk menggunakan obat selamanya. Banyak pecandu mengakui menjadi kecanduan kembali setelah konfrontasi yang kuat, dia hanya merubah arah pemakaian obat sehingga terlihat seperti “Obat bebas” . Hal ini tidak berlaku untuk pecandu opiat dalam program pemeliharaan metadone yang memakai alkohol, mariyuana atau kokain. Metadone tidak menghambat efek euforia obat seperti euforia pada narkotik. Jadi, orang yang kecanduan terlihat berpenampilan kooperatif, muncul setiap hari unutk mengambil metadone tanpa protes tetapi mereka masih menggunakan kokain, mariyuana atau alkohol.
Dalam arti yang sangat nyata, orang yang kecanduan telah kehilangan kontak dengan realitas. Seiring waktu, orang-orang yang kecanduan terhadap bahan kimia memiliki sifat kepribadian yang umum. Ada beberapa pertanyaan apakah tipe kepribadian, kepribadian yang disebut kecanduan, atau kepribadian berkembang sebagai akibat dari kecanduan (Bean-Bayog, 1988; Nathan, 1988). Namun, seperti ayam-atau-telur-pertanyaan ini tidak mengubah fakta bahwa untuk pecandu, kecanduan adalah pusat alam semesta. Pecandu mungkin pergi tanpa makanan selama berhari-hari, tapi sangat sedikit yang mau pergi tanpa menggunakan bahan kimia untuk bahkan waktu singkat. Pecandu kokain telah berbicara tentang bagaimana mereka akan menghindari hubungan seksual dengan pasangan mereka atau orang penting lain dalam rangka untuk terus menggunakan kokain. Sama seperti alkohol yang sering tidur dengan "pembuka mata" (yaitu, minuman beralkohol) yang sudah dicampur dengan sisi tempat tidur, beberapa pecandu narkoba suntikan telah dikenal untuk tidur dengan "rig" (yaitu, jarum suntik) dimuat dan siap untuk digunakan di samping tempat tidur sehingga mereka bisa menyuntikkan obat segera setelah mereka bangun di pagi hari.
Ada sebuah lelucon lama di Alcoholics Anonymous "Bagaimana Anda bisa tahu jika seorang alkoholik adalah berbohong?". Banyol kemudian berhenti sejenak untuk efek dramatis sebelum garis pukulan disampaikan: bibir bergerak!". Ini "lelucon" suram menggarisbawahi suatu kenyataan yang menyakitkan: orang Kecanduan sering berbohong untuk melindungi kecanduan mereka. Mereka berbohong kepada anggota keluarga, pasangan, anak-anak, percobaan atau petugas pembebasan bersyarat, terapis, dan physicians.
Dalam berhubungan dengan orang lain, realitas masam dimanipulasi oleh orang yang kecanduan yang berusaha untuk melindungi kecanduan nya. Karena kecanduan, (a) untuk orang yang kecanduan, kimia datang pertama, dan (b) orang yang kecanduan pusat hidupnya di kimia. Untuk melupakan kenyataan ini adalah dengan menjalankan bahaya terjebak dalam web pecandu kebohongan, setengah kebenaran, manipulasi, atau karangan keluar kanan.
            Para pecandu yang sudah pulih akan berbicara tentang bagaimana mereka melakukan manipulatif dan sering mengakui bahwa diri mereka adalah musuh terburuk mereka. Ketika mereka bergerak sepanjang jalan menuju pemulihan, pecandu akan menyadari bahwa mereka juga akan menipu diri mereka sebagai bagian dari proses kecanduan. Satu narapidana mengatakan, sebelum saya dapat menjalankan permainan pada orang lain, saya harus memiliki keyakinan sendiri ". Seperti kecanduan berlangsung, pecandu tidak mempertanyakan persepsi nya tapi datang untuk percaya apa yang dia perlu percaya untuk mempertahankan kecanduan.

¦ Kebangaan Semu : Penyakit Jiwa
Penelitian terakhir mengatakan bahwa, hal yang menyebabkan kecanduan merupakan salah satu penyakit kejiwaan. Edmeades(1987) mengatakan bahwa Carl jung, pernah melakukan pengobatan di Amerika terhadap Rowland H, yaitu seorang pecandu alkohol pada tahun 1931. Setelah pengobatan dilakukan, Rowland H kambuh lagi, tapi Jung menolak untuk kembali melakukan analisis.Kemudian, Jung berkata bahwa : Satu-satunyanya harapan pemulihan Rowland terletak pada dirinya yang memiliki kebangkitan spiritual, yang kemudian ditemukan melalui kelompok agama di Amerika. Akhirnya Carl Jung mengidentifikasi bahwa pecandu alkohol merupakan penyakit kejiawaan. Twelve Steps and Twelve Traditions of Alcoholics Anonymous (1981)mengatakan bahwa adiksi Dapat membuat jiwa sakit. Dalam mendukung perpektif ini, Kandel dan Raives (1989) menemukan bahwa “kurang agama” (p.113) merupakan prediksi signifikan dalam menggunakan kokain dan mariyuana pada dewasa muda sebelum  terjadinya pengalaman mencoba drug. Tiap individu yang kecanduan, sebuah peningkatan keagamaan meruapakann element inti untuk melakukan perbaikan.
            Dalam pembicaraan dengan pecandu, hal berkesan ketika menjadi pencandu adalah  bagaimana mereka mengalami penderitaan sepanjang hidupnya. Seringkali orang yang kecanduan mengalami trauma emosional yang mendalam. Jiwa individu mengalami sakit sepanjang hari , karena kecanduan membuat individu kehilangan arah hidup. Dimana kita memulai hidup dengan harapan, kepercayaan, dan keuletan”(Fromm, 1968, p.20), menyusun hinaan yang diterima dalam sebagai kekuatan  untuk mengatasi kekecewaan dan kerusakan dari jiwa individu. Pada titik ini, jika ada sesuatu yang tidak ditemukan untuk mengisi "hati kosong pecandu, ia akan mengisi perutnya dengan stimulan buatan dan obat penenang (Graham, 1988, hal.14).
            Hanya sedikit dari kita yang melarikan diri peristiwa yang menantang kita secara rohani, dan saat kita  menghadapi semua itu tergantung pada kesadaran tertinggi (Fromm, 1968).

¦ Penolakan, Proyeksi, Rasionalisasi dan Meminimalkan : Empat Horsemen dari Kecanduan
Pandangan tradisional mengatakn bahwa adiksi / kecanduan adalah semua perilaku manusia, yang memasukkan zat kimia penyebab kecanduan ke dalam tubuh yang merupakan sisa-sisa pondasi dari karakteristik pertahana psikologis. Dalam kasus ketergantungan sel kimia, pertahanan diri manusia melalui tahap penolakan, proyeksi, rasionalisasi dan minimalisasi, seperti pertahanan psikologis, pertahanan diri dikendalikan oleh alam bawah sadar.
Penolakan . Pengetahuan klinis diantara subtansi perilaku kejam rehabilitasi mensugesti bahwa (SUD) individual tersembunyi diantara dinding penolakan (Craft, 2006). Intinya penolakan terjadi ketika individu mengacungkan atau menolak realita yang mengganggu(Sadock & Sadock, 2003). Ini termasuk ke dalam ketidaksadaran dalam menipu diri, sebagai klasifikasi dari banyaknya bentuk primitif, narsistik diri oleh Sadock & Sadock (2003). Alam bawah sadar selalu digunakan individu untuk membantu individu menghindari kegelisahan & emosi distress (Sadock & Sadock,2003). Ini adalah proses persepsi selektif sebelum dan sesudah terjadi elemen realitas rasa sakit dan rasa takut yang tidak diakui atau ditolak. Hal ini disebut dengan “tunnel vision” oleh program Alcoholic Anonymous (untuk dijadikan diskusi pada seksi berikutnya).
Proyeksi adalah ketidaksadaran pertahanan diri melalui jasmaniah berbentuk emosi yang tidak diterima oleh seseorang kemudian di tolk ke alam bawah sadar dan dalam bentuk sifat (Sadock & Sadock, 2003).
Rasionalisasi / intelektualisasi ini klasifikasi oleh Sadock dan Sadock (2003) sebagai salah satu pertahanan "neurotik melalui mana individu mencoba membenarkan sikap dinyatakan tidak dapat diterima, keyakinan atau perilaku melalui penggunaan rasionalisasi kognitif
Minimisasi beroperasi dalam cara yang berbeda dari operasi defensif. Artinya minimisasi beroperasi seperti mekanisme pertahanan rasionalisasi, tetapi lebih spesifik daripada rasionalisasi.
Reaksi terhadap teori gangguan spiritual kecanduan. meskipun pandangan tradisional tentang penyalahgunaan zat di negara-negara bersatu adalah bahwa mekanisme pertahanan penyangkalan, proyeksi, rasionalisasi minimalisasi, dan secara tradisional ditemukan dalam kasus-kasus ketergantungan obat, pandangan ini tidak diterima secara universal. minoritas, kecil semakin vokal telah menawarkan kerangka kerja alternatif dalam substansi penyalahgunaan profesional mungkin memandang mekanisme pertahanan yang mereka hadapi dalam pekerjaan mereka dengan orang kecanduan.
misalnya Foote (20006) menantang konsep bahwa kegagalan dalam pengobatan secara otomatis kesalahan pasien, mencatat bahwa kegagalan terapi mungkin dipandang sebagai sebagai refleksi dari pertandingan unsuccesful antara klien dan terapis. furhter, penulis menunjukkan, konfrontasi adalah prediktor yang kuat untuk keluar negatif datang, dengan klien menjadi lebih bergolak semakin dia dihadapkan tentang kurangnya kemajuan
.

Telah menyarankan bahwa belieautomatically memanfaatkan penolakan yang mungkin sebenarnya demikian meningkatkan indivuals dengan sindroma autmatically memanfaatkan penolakan mungkin sebenarnya lebih berbahaya daripada yang baik (berkaki, 2006; Peele, 1989). dalam beberapa kasus, penolakan individu untuk mengakui SUD suatu pengingkaran mungkin tidak sama sekali dan dapat berarti bahwa dia atau dia tidak memiliki gangguan penggunaan narkoba (Peele, 1989). kemungkinan ini menggarisbawahi needd untuk penilaian yang akurat tentang pola penggunaan substansi klien (dibahas kemudian dalam teks ini) untuk menentukan apakah ada atau tidak kebutuhan untuk intervensi aktif atau pengobatan.
miller dan rollnick (2007) menawarkan teori yang secara radikal berangkat dari keyakinan bahwa pecandu tipically memanfaatkan penolakan sebagai pertahanan utama terhadap pengakuan yang "sakit". penulis menyarankan bahwa pecandu alkohol, sebagai kelompok, tidak memanfaatkan penolakan lebih sering daripada kelompok lainnya rata-rata. bukan, kombinasi dari dua faktor telah membuat tampak bahwa pecandu sering memanfaatkan dan proyeksi dalam pelayanan
depedency.
pertama, proses persepsi selektif pada bagian staf pusat pengobatan membuatnya tampak orang tergantung zat yang sering menggunakan mekanisme pertahanan dibahas sebelumnya. penulis menunjukkan fenomena yang dikenal sebagai "ilussion korelasi" untuk mendukung teori ini. sesuai ilusi korelasi, manusia cenderung untuk mengingat informasi yang menegaskan perconceptions mereka dan melupakan atau mengabaikan informasi yang gagal memenuhi mereka
.
Ringkasan
Banyak layanan profesional manusia yang memiliki kontak terbatas dengan kecanduan cenderung memiliki pandangan yang menyimpang dari sifat kecanduan narkoba. memiliki mendengar istilah penyakit diterapkan untuk ketergantungan obat, pekerja layanan berpengalaman banyak manusia berpikir dalam hal penyakit yang lebih tradisional dan banyak menjadi kasar terkejut dengan penipuan yang melekat dalam addiciton obat. sementara ketergantungan obat adalah penyakit, itu adalah penyakit seperti tidak lain. itu, seperti yang tercantum dalam bab eralier, penyakit yang requieres partisipasi aktif dari "korban". lebih lanjut, kelompok self-help seperti kecanduan alkohol anonim atau melihat narkotika anonim sebagai penyakit jiwa dan menawarkan program-program rohani untuk membantu anggota mereka mencapai dan mempertahankan pemulihan mereka.
kecanduan adalah, dalam arti, suatu bentuk kegilaan. kegilaan kecanduan terletak di atas dasar mekanisme pertahanan phisological seperti rasionalisasi, minimisasi, penyangkalan dan proyeksi. mekanisme pertahanan, ditambah penipuan diri, menjaga seseorang dari menjadi sadar akan realitas kecanduan nya hingga penyakit itu telah berkembang cukup jauh. untuk memerangi penipuan diri sendiri, penekanan pecandu alkohol anonim tempat pada kejujuran, keterbukaan dan kemauan untuk mencoba hidup tanpa alkohol. kejujuran, baik dengan diri sendiri dan dengan orang lain, adalah fitur utama dari program AA, yang menawarkan program designned untuk mendorong pertumbuhan rohani untuk membantu individu mengatasi atau dia kelemahan rohani

Nb : Maaf bahasanya agak kacau..Transletan soalnya...

2 komentar:

  1. walaupun susunan kalimatnya agak membingungkan namun sangat bermanfaat...terutama buat saya yg lagi menggarap terapi spiritual dalam mengatasi adiksi...Mas/Mbak..buku aslinya apa? bgm cara mendapatkannya...?

    BalasHapus